Inilah daftar sepuluh pemain terganteng di liga inggris versi bowo1213 : 10. Daniel Agger
LINK FRIEND
Jumat, 15 Februari 2013
50 Klub Terbaik Eropa Sepanjang Masa
Pele atau Maradona? Brasil 1970 atau Brasil 1958?
Barcelona 2008-11 atau Real Madrid 1955-60? Meski klise tapi berbicara
tentang yang terhebat sepanjang masa akan jadi perdebatan tiada
habisnya.
Pertanyaannya, mungkinkah mereka yang terlahir dalam
era berbeda-beda tersebut dibandingkan?
Bagi situs Football
Pantheon yang secara harfiah berarti ‘Dewa Sepakbola’ jawabannya
mungkin. Football Pantheon ditulis oleh Miguel Delaney, jurnalis
sepakbola asal Irlandia yang tinggal di London dan bekerja bagi ESPN,
The Independent, dan Irish Examiner.
Ketika kita menengok ke
belakang, begitu banyak tim-tim hebat bermunculan di Eropa. Menariknya,
setiap era atau dinasti pasti memunculkan setidaknya satu ikon spesial.
Kejayaan Real Madrid era 50-an dan 60-an diawali oleh transfer
Alfredo Di Stefano. Celtic 1965 hingga 1975 semata-mata berkat tangan
dingin pelatih legendaris Jock Stein. Bayern Munich era 70-an dimotori
Franz Beckenbauer, Paul Breitner dan Gerd Muller.
Di era yang
sama muncul Total Football yang dipelopori Ajax Amsterdam dengan Johan
Cruyffnya nan legendaris. Kesuksesan Manchester United selama dua dekade
belakangan hanya mungkin terwujud berkat Sir Alex Ferguson.
Berikut adalah daftar 50 klub terhebat sepanjang masa versi Football
Pantheon: 50. AC Milan 1954 – 59 Poin: 755 Generasi emas
pertama AC Milan dengan ikon seperti Juan Schiaffino serta duo Swedia
Nils Liedholm dan Gunnar Nordahl. Prestasi: Serie A 1955, 1957,
1959; Runner-up Piala Champions 1958 Pelatih: Hector Puricelli,
Giuseppe Viani Best XI (4-4-2): Buffon; Fontana, Cesare Maldini,
Beraldo, Bergamaschi; Radice, Danova, Liedholm, Schiaffino; Grillo,
Nordahl
49. Tottenham Hotspur 1960 – 63 Poin: 765 Tim
Inggris pertama yang memenangi trofi Eropa dengan membantai Atletico
Madrid 5-1 di final Piala Winner 1963. Prestasi: English league
1961; FA Cup 1961, 1962; Cup Winners Cup 1963 Pelatih: Bill
Nicholson Best XI (3-2-5): Brown; Baker, Henry, Blanchflower;
Norman, Mackay; Jones, White, Smith, Greaves, Dyson
48. Stade
Reims 1952 – 59 Poin: 770 Rival sengit Real Madrid di era-era
awal Piala Eropa. Diperkuat tiga legenda hidup Prancis, Raymond Kopa,
Michel Hidalgo, dan Just Fontaine. Prestasi: Liga Prancis 1953,
1955, 1958; Piala Prancis 1958; Runner-up Piala Champions 1956, 1959
Pelatih: Albert Batteux Best XI (4-4-2): Jacquet; Zimny, Jonquet,
Giraudo, Leblond; Siatka, Hidalgo, Glowacki, Kopa; Fontaine, Vincent
47. Arsenal 2001 – 05 Poin: 780 Invincible Arsenal 2004
plus keganasan Thierry Henry dalam mencetak gol akan selalu diingat
dalam sejarah. Namun, sayang gagal meneruskan dominasi mereka di Eropa.
Prestasi: Premier League 2002, 2004; FA Cup 2002, 2003, 2005
Pelatih: Arsene Wenger Best XI (4-4-2): Lehmann; Lauren, Cole,
Campbell, Toure; Gilberto, Vieira, Ljungberg, Pires; Bergkamp, Henry
46. Preston North End 1888 – 92 Poin: 805 Preston North
End merupakan pemenang titel liga pertama di dunia. Sebelum Arsenal
2004, Preston-lah yang pertama invincible, atau 114 tahun sebelumnya.
Prestasi: Liga Inggris 1889, 1890; FA Cup 1889 Pelatih: William
Suddell Best XI (2-3-5): Mills-Roberts; Howarth, Holmes; Drummond,
Russell, Graham; Gordon, Ross, Goodall, Dewhurst, Thomson
45.
Porto 1984 – 87 Poin: 810 Era di mana dua pemain terhebat
sepanjang sejarah Porto bermain: Rabah Madjer dan Paulo Futre yang
berbuah Piala Champions 1987. Prestasi: Piala Champions 1987; Liga
Portugal 1985, 1986 Pelatih: Artur Jorge Best XI (4-3-1-2):
Mlynarczyk; Joao Pinto, Inacio, Eduardo Luis, Celso; Quim, Magalhaes,
Sousa, Madjer; Futre, Fernando Gomes
44. Aston Villa 1893 –
1900 Poin: 820 Dinasti pertama dalam sejarah sepakbola
internasional. Amat mendominasi seperti Barcelona di era sekarang.
Prestasi: Liga Inggris 1894, 1896, 1897, 1899, 1900; FA Cup 1895, 1897
Pelatih: George Ramsay Best XI: Whitehouse, Spencer, Reynolds,
Evans, Cowan, Crabtree, Athersmith, Devey, Campbell, Wheldon, Cowan
43. AC Milan 2002 -07 Poin: 825 Era di mana AC Milan punya
lebih banyak gelar Eropa dibanding domestik. Saat menjuarai Liga
Champions 2003, mereka menyingkirkan Bayern Munich, Borussia Dortmund,
Real Madrid, Ajax, Inter hingga Juventus di final. Prestasi: Liga
Champions 2003, 2007; Serie A 2004; Piala Italia 2003; Runners-up Liga
Champions 2005 Pelatih: Carlo Ancelotti Best XI (4-2-2-2): Dida;
Cafu, Kaladze, Nesta, Maldini; Gattuso, Pirlo; Seedorf, Kaka;
Shevchenko, Inzaghi
42. Real Madrid 1977 – 81 Poin: 830
Dengan ikon seperti Jose Santillana, inilah tim Real Madrid pertama
yang mencapai final Liga Champions setelah absen 32 tahun. Prestasi:
Liga Spanyol 1978, 1979, 1980; Piala Spanyol 1980: Runners-up Piala
Champions 1981 Pelatih: Luis Molowny, Vujadin Boskov Best XI
(4-4-2) : Rodriguez; Cortes, Camacho, Sabido, Navajas; Stielike, del
Bosque, de los Santas; Santillana, Cunningham
41. Manchester
United 1964 – 68 Poin: 835 Sir Matt Busby babes. Dengan pemain
kelas dunia seperti Sir Bobby Charlton, Denis Law, hingga George Best,
United menjuarai Piala Champions 1968, 10 tahun pascatragedi Munich.
Prestasi: Piala Champions 1968; Liga Inggris 1965, 1967 Managers:
Matt Busby Best XI (4-4-2): Stepney; Dunne, Brennan, Foulkes;
Stiles, Crerand, Charlton, Sadler; Best, Law
40. Bayern Munich
1984 – 90 Poin: 840 Era paling dominan dalam sejarah Bayern
Munich di Bundesliga. Terima kasih kepada era keemasan Jerman di era
80-an. Prestasi: Bundesliga 1985, 1986, 1987, 1989, 1990; Piala
Jerman 1986; Runners-up Piala Champions 1987 Pelatih: Udo Lattek,
Jupp Heynckes Best XI (3-5-2): Pfaff; Nachtweih, Brehme,
Augenthaler, Pflugler, Thon; Dorfner, Matthaus; Hoeness, Kogl, Voller.
39. Liverpool 1985 – 90 Poin: 845 Tragedi Haysel membuat
tim ini gagal menunjukkan kehebatannya di Eropa. Pertanyaan yang selalu
menggelitik ialah bila tak ada larangan, apakah John Barnes, Peter
Beardsley, dan Ian Rush mampu mengatasi AC Milannya Arrigo Sacchi?
Prestasi: Liga Inggris 1986, 1988, 1990; FA Cup 1986, 1989 Pelatih:
Kenny Dalglish Best XI (4-4-2): Grobbelaar; Nicol, Beglin,
Lawrenson, Hansen; Whelan, McMahon, Houghton, Barnes; Beardsley, Rush
38. Chelsea 2004 – 07 Poin: 860 Dianggap sebagai tim
terbaik yang pernah ada yang tak pernah menjuarai Liga Champions. Jose
Mourinho mampu mematahkan dominasi Manchester United dan Arsenal
sekaligus di Inggris. Prestasi: Liga Inggris 2005, 2006; FA Cup
2007; Piala Liga Inggris 2005, 2007 Pelatih: Jose Mourinho Best
XI (4-3-3): Cech; Ferreira, Gallas, Carvalho, Terry; Makelele, Lampard,
Essien; Robben, Duff, Drogba
37. Barcelona 1950 – 54 Poin:
880 Inilah era di mana Barcelona punya pemain terhebat sepanjang
sejarah klub hingga dibuatkan patungnya di Camp Nou, Ladislao Kubala.
Prestasi: Liga Spanyol 1952, 1953; Piala Spanyol 1951, 1952, 1953
Pelatih: Ferdinand Daucik Best XI (3-4-3): Velasco; Tejada, Segarra,
Gracia; Simatoc, Gonzalvo, Moreno, Kubala; Seguer, Manchon, Rodriguez
36. St. Etienne 1973 – 76 Poin: 890 Tim Prancis pertama
yang sanggup mendominasi kompetisi domestik. Prestasi: Liga Prancis
1974, 1975, 1976; Piala Prancis 1974, 1975; Runners-up Piala Champions
1976 Pelatih: Robert Herbin Best XI (4-3-3): Curkovic;
Repellini, Piazza, Lopez, Janvion; Bathenay, Santini, Larque; P Revelli,
H Revelli, Rocheteau
35. Real Madrid 1999 – 03 Poin: 905
Back heel Fernando Redondo di perempatfinal melawan Manchester United
dan tendangan voli Zinedine Zidane di final melawan Bayer Leverkuesen
jadi ikon dari tim berjuluk Los Galacticos ini. Prestasi: Liga
Champions 2000, 2002; Liga Spanyol 2001, 2003 Pelatih: Vicente Del
Bosque Best XI (4-3-3): Casillas; Salgado, Roberto Carlos, Helguera,
Hierro; Redondo, Zidane, it; Raul, Ronaldo, Morientes
34.
Borussia Monchengladbach 1969 – 78 Poin: 915 Gelandang
legendaris Jerman Gunter Netzer membawa Gladbach mampu mendominasi
Jerman, padahal kala itu masih ada Franz Beckenbauer di Bayern Munich.
Prestasi: Liga Jerman 1970, 1971, 1975, 1976, 1977; Piala Jerman 1973;
Uefa Cup 1975; Runners-up Piala Champions 1977 Pelatih: Hennes
Weisweiler, Udo Lattek Best XI (3-4-3): Kneib; Vogts, Klinkhammer,
Wittkamp; Schafer, Netzer, Bonhof, Wimmer; Stielike; Heynckes, Simonsen
33. Real Madrid 1960 – 64 Poin: 925 Inilah era di mana
Ferenc Puskas dan Alfredo di Stefano yang mulai memasuki usia 30-an
tahun dipadukan dengan wonderkid macam Amancio dan Fello. Prestasi:
Liga Spanyol 1961, 1962, 1963, 1964; Piala Spanyol 1962; Runners-up
Piala Champions 1962, 1964 Pelatih: Miguel Munoz Best XI
(4-3-3): Vicente; Santamaria, Zoco, Sanchez, Pachin; Muller, Di Stefano,
Felo; Gento, Amancio, Puskas 32.
32. PSV Eindhoven 1985 –
89 Poin: 930 Guus Hiddink berhasil membawa era keemasan bagi PSV
Eindhoven di Belanda dan Eropa. Pernah mencetak 117 gol di Liga Belanda
musim 1988/89. Prestasi: Piala Champions 1988; Liga Belanda 1986,
1987, 1988, 1989; Piala Belanda 1988, 1989 Pelatih: Guus Hiddink
Best XI (4-4-2): Van Breukelen; Gerets, Nielsen, Koeman, Heintze;
Lerby, Van Aerle, Vanenburg, Linskens; Kieft, Romario
31.
Feyenoord 1968 – 74 Poin: 945 Tim Belanda pertama yang menjuarai
Liga Champions. Prestasi: Piala Champions 1970; Liga Belanda 1969,
1971, 1974; Piala Belanda 1969, 1974; Uefa Cup 1974 Pelatih: Ben
Peeters, Ernst Happel, Wiel Coerver Best XI (4-3-3): Graafland;
Rijsbergen, Laseroms, Israel, Van Duivenbode; Jansen, Van Hanegem; Wery,
Kindvall, Moulijn
30. Porto 2002 – 04 Poin: 955
Dianggap beruntung menjuarai Liga Champions 2004 karena hanya menghadapi
AS Monaco di final, tapi sesungguhnya skuad penuh determinasi Jose
Mourinho ini sanggup meladeni tim manapun dari era kapanpun.
Prestasi: Liga Champions 2004; Liga Portugal 2003, 2004; Uefa Cup 2003;
Piala Portugal 2003 Pelatih: Jose Mourinho Best XI (4-3-1-2):
Baia; Ferreira, Nuno Valente, Carvalho, Jorge Costa; Costinha, Maniche,
Mendes; Deco; Derlei, Carlos Alberto
29. Steaua Bucharest 1984 –
89 Poin: 960 Inilah tim legendaris dari Rumania yang mencatat
rekor 104 laga tidak terkalahkan di dalam negeri. Rekor yang masih
bertahan hingga sekarang Prestasi: Piala Champions 1986; Liga
Rumania 1985, 1986, 1987, 1988, 1989; Piala Rumania 1985, 1987, 1988,
1989; Runners-up Piala Champions 1989 Pelatih: Emerich Jenei, Anghel
Iordanescu Best XI (4-4-2): Duckadam; Petrescu, Belodedici,
Bumbescu, Iovan; Balint, Hagi, Boloni, Majearu; Lacatus, Piturca
28. Nottingham Forrest 1977 – 80 Poin: 965 Pelatih legendaris
Brian Clough berhasil membawa Nott’m Forrest dari tim level provinsi
menjadi penakluk Eropa berkat pendekatannya yang unik. Prestasi:
Piala Champions 1979, 1980; Liga Inggris 1978; Piala Liga Inggris 1978,
1979 Pelatih: Brian Clough Best XI (4-4-2): Shilton, Anderson,
Clark, Lloyd, Burns; McGovern, Francis, Gemmill, Robertson, Woodcock,
Birtles
27. Juventus 1930 – 35 Poin: 970 Inilah tim
pertama dan satu-satunya di Italia yang berhasil merebut Serie A lima
kali berturut-turut. Prestasi: Serie A 1931, 1932, 1933, 1934, 1935
Pelatih: Carlo Carcano Best XI (2-3-5): Combi; Caligaris, Rosetta;
Bertolini, Varglien, Monti; Cesarini, Ferrari, Sernagiotto, Orsi, Borel
26. Barcelona 1958 – 61 Poin: 980 Dengan Sandor Kocsis dan
Luis Suarez, pelatih legendaris Helenio Herrera membawa Barca mampu
melawan Real Madrid yang begitu dominan di era 50-an. Prestasi: Liga
Spanyol 1959, 1960; Piala Spanyol 1959; Fairs Cup 1958, 1960;
Runners-up Piala Champions 1961 Prestasi: Helenio Herrera, Ljubisa
Brocic, Enrique Orizaola Best XI (4-4-2): Ramallets; Foncho,
Gensana, Gracia, Verges; Garay, Kubala, Kocsis, Evaristo, Suarez; Czibor
25. Barcelona 2004 – 06 Poin: 985 Gocekan maut Ronaldinho
dan keganasan Samuel Eto’o mengantarkan Barca sukses menyihir Eropa.
Prestasi: Liga Champions 2006; Liga Spanyol 2005, 2006 Pelatih:
Frank Rijkaard Best XI (4-3-3): Valdes; Belletti, Van Bronckhorst,
Puyol, Edmilson; Van Bommel, Xavi, Deco; Giuly, Ronaldinho, Eto’o
24. Red Star Belgrade 1987 – 92 Poin: 995 Dalam buku Behind the
Curtain ditulis bahwa Red Star Belgrade punya teknik brilian, permainan
mengalir, kecerdasan mengatur tempo, dan organisasi yang superior.
Prestasi: Piala Champions 1991; Liga Yugoslavia 1988, 1990, 1991, 1992;
Piala Yugoslavia 1990 Pelatih: Velibor Vasovic, Branko Stankovic,
Dragoslav Sekularac, Ljupko Petrovic Best XI (4-4-2): Stojanovic;
Belodedici, Najdovski, Sabanadzovic, Marovic; Jugovic, Prosinecki,
Mijajlovic, Binic; Savicevic, Pancev
23. Real Madrid 1984 – 90
Poin: 1.000 Menjadi satu-satunya tim di Spanyol yang pernah
menjuarai Liga Spanyol lima kali beruntun. Prestasi: Liga Spanyol
1986, 1987, 1988, 1989, 1990; Piala Spanyol 1989; Uefa Cup 1985, 1986
Pelatih: Luis Molowny, Leo Beenhakker, John Toshack Best XI
(3-4-3): Buyo; Chendo, Camacho, Sanchis; Gordillo, Martin Vazquez,
Michel, Schuster; Butragueno, Valdano, Hugo Sanchez
22. Real
Madrid 1964 – 69 Poin: 1.005 Era baru Real Madrid pasca-tidak
adanya lagi Ferenc Puskas dan Alfredo di Stefano. Pelatih Miguel Munoz
sanggup membuat Pirri dan Amancio meneruskan prestasi seniornya.
Prestasi: Piala Champions 1966; Liga Spanyol 1965, 1967, 1968, 1969;
Pelatih: Miguel Munoz Best XI (4-4-2): Araquistain; Pachin, de
Felipe, Zoco, Sanchis; Pirri, Velazquez, Serena, Amancio; Grosso, Gento
21. Internazionale 2008 – 10 Poin: 1.010 Dengan menjuarai
Serie A, Piala Italia, dan Liga Champions 2010, Internazionale jadi
satu-satunya tim di Italia yang pernah meraih treble. Prestasi: Liga
Champions 2010; Serie A 2009, 2010; Coppa Italia 2010 Pelatih: Jose
Mourinho Best XI (4-2-1-3): Cesar; Maicon, Zanetti, Lucio, Samuel;
Cambiasso, Mota; Sneijder; Eto’o, Pandev, Milito
20. Manchester
United 1998 – 2001 Poin: 1.015 Drama dua gol injury-time di
final Liga Champions tak mungkin terlupakan. Treble di musim 1999 puncak
karier Sir Alex Ferguson di United. Prestasi: Liga Champions 1999;
Liga Inggris 1999, 2000, 2001; FA Cup 1999 Pelatih: Alex Ferguson
Best XI (4-4-2): Schmeichel; Neville, Irwin, Stam, Johnsen; Keane,
Scholes, Beckham, Giggs, Yorke, Cole
19. Olympique Marseille
1988 – 93 Poin: 1.020 Skandal pengaturan skor pada 1993 akan
terus menghantui kehebatan tim OM satu ini yang berhasil menjadi juara
Liga Champions di tengah dominasi the dream team AC Milan. Prestasi:
Liga Champions 1993; Liga Prancis 1989, 1990, 1991, 1992; Piala Prancis
1989; Runners-up Piala Champions 1991 Pelatih: Gerard Gili, Franz
Beckenbauer, Raymond Goethals, Tomislav Ivic, Jean Fernandez Best XI
(4-4-2): Barthez; Angloma, Di Meco, Boli, Desailly; Sauzee, Deschamps,
Pele, Waddle; Voller, Papin
18. Hamburg 1978 – 83 Poin:
1.030 Disebut-sebut sebagai juara Liga Champions (1983) paling
dinilai rendah. Padahal, mereka begitu hebat di Jerman dan ke final LC
dua kali dalam empat tahun. Prestasi: Piala Champions 1983; Liga
Jerman 1979, 1982, 1983; Runners-up Piala Champions 1980 Pelatih:
Branko Zebec, Ernst Happel Best XI (4-3-3): Stein; Kaltz, Wehmeyer,
Jakobs, Hieronymus; Rolff, Milewski, Magath; Keegan, Hrubesch, Bastrup
17. Juventus 1994 - 98 Poin: 1.045 Tiga kali
berturut-turut mencapai final LC. Pressing, taktik, dan kohesivitas
superstar yang dibuat Marcelo Lippi membuat Juventus menjadi ‘team to
beat’ di akhir 90-an. Prestasi: Champions League 1996; Serie A 1995,
1997, 1998; Italian Cup 1995; Champions League runners-up 1997, 1998
Pelatih: Marcello Lippi Best XI (4-3-3): Peruzzi; Torricelli,
Pessotto, Ferrara, Iuliano; Deschamps, Sousa, Zidane; Del Piero,
Ravanelli, Vialli
16. AC Milan 1987 – 91 Poin: 1.050
Inilah The Dream Team AC Milan. Seperti diucapkan pelatih legendaris
Arrigo Sacchi “Bila ingin masuk sejarah, kemenangan saja tidak cukup,
Anda juga harus menghibur.” Prestasi: Piala Champions 1989, 1990;
Serie A 1988 Pelatih: Arrigo Sacchi Best XI (4-4-2): Galli;
Tassotti, Maldini, Costacurta, Baresi; Colombo, Rijkaard, Donadoni,
Ancelotti, Gullit, Van Basten
15. Bayern Munich 1998 – 2003
Poin: 1.055 Banyak orang lupa betapa cepatnya tim ini bangkit dari
kekalahan menyakitkan di final LC 1999 dengan menaklukkan Eropa tiga
tahun kemudian dan juga mendominasi Jerman. Prestasi: Liga Champions
2001; Liga Jerman 1999, 2000, 2001, 2003; Piala Jerman 2000, 2003;
Runners-up Liga Champions 1999 Pelatih: Ottmar Hitzfeld Best XI
(3-4-1-2): Kahn; Sagnol, Lizerazu, Linke, Andersson, Kuffour; Jeremies,
Effenberg; Scholl, Basler, Elber
14. Ajax 1993 – 96 Poin:
1.065 Generasi emas Ajax di era 90an. Apa yang dialami Barcelona
sekarang merupakan representasi yang amat mirip dengan yang dialami Ajax
kala itu: mendominasi dengan pemain akademi. Prestasi: Liga
Champions 1995; Liga Belanda 1994, 1995, 1996; Runners-up Liga Champions
1996 Pelatih: Louis van Gaal Best XI (3-4-3): Van der Sar;
Reiziger, F de Boer, Blind; Rijkaard, Seedorf, Davids, Litmanen, Finidi,
Overmars, Kluivert
13. Juventus 1976 – 86 Poin: 1.070
Dinasti terlama sepanjang sejarah sepak bola Italia. Seperti dinasti Sir
Alex Ferguson di United saat ini. Giovanni Trapattoni membuat Juve jadi
tim menakutkan di era 80-an. Prestasi: Piala Champions 1985; Serie A
1977, 1978, 1981, 1982, 1984, 1986; Piala Italia 1979, 1983; Piala
Winners 1984; Uefa Cup 1977; Runners-up Piala Champions 1983
Pelatih: Giovanni Trapattoni Best XI (4-4-2): Tacconi; Gentile,
Cabrini, Brio, Scirea; Bonini, Tardelli, Platini, Boniek; Rossi, Bettega
12. Barcelona 1988 – 94 Poin: 1.085 Bukan hanya AC Milan,
Barcelona pun punya Dream Team di era 90-an. Barcelona berhasil
mengimplementasikan total football modern dari pelatih Johan Cruyff.
Prestasi: Liga Champions 1992; Liga Spanyol 1991, 1992, 1993, 1994;
Piala Spanyol 1990; Piala Winners 1989; Runners-up Liga Champions 1994
Pelatih: Johan Cruyff Best XI (4-3-3): Zubizarreta; Ferrer, Sergi,
Koeman, Nadal; Guardiola, Bakero, Beguiristain; Laudrup, Stoichkov,
Romario.
11. Manchester United 2006 – 09 Poin: 1.095
Bila treble 1999 jadi puncak karier Sir Alex Ferguson di United, maka
era ini merupakan periode tersukses sang pelatih legendaris di Setan
Merah. Prestasi: Liga Champions 2008; Liga Inggris 2007, 2008, 2009;
Piala Liga 2009; Runners-up Liga Champions 2009 Pelatih: Alex
Ferguson Best XI (4-3-3): Van der Sar; Brown, Evra, Vidic,
Ferdinand, Hargreaves, Carrick, Giggs; Rooney, Tevez, Ronaldo
10. Torino 1945 – 49 Poin: 1.110 Untuk menggambarkan kekuatan
Torino di era ini, mereka pernah unggul 6-0 hanya dalam waktu 19 menit
saat menghadapi AS Roma pada 1949. Bisa dibayangkan betapa dominannya
mereka di Italia bila tidak ada tragedi kecelakaan pesawat Superga yang
menewaskan pemain-pemain Torino di 1949. Prestasi: Serie A 1946,
1947, 1948, 1949 Pelatih: Luigi Ferrero, Mario Sperone, Egri
Erbstein Best XI: Bacigalupo, Ballarin, Maroso, Grezar, Rigamonti,
Castigliano, Menti, Loik, Gabetto, Mazzola, Ossola
9. AC Milan
1991 – 95 Poin: 1.135 Ada dua periode AC Milan di 90-an. Pertama
era Arrigo Sacchi, dan kedua era Fabio Capello. Meski tak seatraktif
Dream Team Sacchi, Milan Capello terbukti lebih sukses. Saat menjuarai
Serie A 1992, mereka pernah mengalahkan Fiorentina 8-2 dan juara
bertahan Sampdoria 5-1. Mereka pun sempat tak terkalahkan dalam 58 laga.
Prestasi: Liga Champions 1994; Serie A 1992, 1993, 1994; Runners-up
Liga Champions 1993, 1995 Pelatih: Fabio Capello Best XI
(4-3-1-2): Rossi; Tassotti, Maldini, Baresi, Costacurta; Donadoni,
Desailly, Albertini, Boban, Savicevic, Simone
8. Celtic 1965 –
74 Poin: 1.140 Era di mana Celtic menjuarai Liga Skotlandia
sembilan kali berturut-turut. Di bawah pelatih legendaris Jock Stein,
Celtic mencicipi Piala Champions 1967. Prestasi: Piala Champions
1967; Liga Skotlandia 1966, 1967, 1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973,
1974; Piala Skotlandia 1967, 1969, 1971, 1972, 1974; Piala Liga
Skotlandia 1966, 1967, 1968, 1969, 1970; Runners-up Piala Champions 1970
Pelatih: Jock Stein Best XI (4-2-4): Simpson; Craig, Gemmell,
McNeill, Clark; Murdoch, Auld; Johnstone, Lennox, Wallace, Chalmers
7. Internazionale 1962 – 67 Poin: 1.145 Dengan sentuhan ajaib
pelatih bertangan dingin Helenio Herrera, Internazionale menguasai
Italia dan Eropa dengan strategi nan legendaris catenaccio.
Prestasi: Piala Champions 1964, 1965; Serie A 1963, 1965, 1966;
Runners-up Piala Champions 1967 Pelatih: Helenio Herrera Best XI
(5-2-3): Sarti; Burgnich, Facchetti, Picchi, Guarneri; Tagnin; Luis
Suarez, Corso; Jair, Mazzola, Peiro
6. Benfica 1959 – 68
Poin: 1.165 Dianggap sebagai cerminan Brasil 1970. Dimotori Eusebio,
Benfica menguasai Eropa dengan taktik menyerang total di era di mana
catenaccio begitu kental. Prestasi: Piala Champions 1961, 1962; Liga
Portugal 1960, 1961, 1963, 1964, 1965, 1967, 1968; Piala Portugal1962,
1964; Runners-up Piala Champions 1963, 1965, 1968 Pelatih: Bela
Guttmann, Fernando Riera, Lajos Czeizler, Elek Schwartz, Fernando
Cabrita Best XI (3-3-4): Periera; Mario Joao, Germano, Angelo;
Cavem, Cruz, Jose Augusto, Eusebio, Aguas, Coluna, Simoes
5.
Bayern Munich 1971 – 76 Poin: 1.260 Era di mana Gerd Muller
pernah mencetak 55 gol dalam semusim Bundesliga. Dengan Franz
Beckenbauer, mereka juga menjadi satu dari hanya dua tim yang pernah
juara Piala Champions tiga kali berturut-turut. Prestasi: Piala
Champions 1974, 1975, 1976; Liga Jerman 1972, 1973, 1974 Pelatih:
Udo Lattek, Dettmar Cramer Best XI (4-3-3): Maier; Hansen,
Schwarzenbeck, Beckenbauer, Breitner; Roth, Zobel, Hoeness, Rummenigge,
Muller, Kapellmann
4. Barcelona 2008 – 11 Poin: 1.280
Disebut-sebut sebagai tim terhebat sepanjang masa. Kombinasi La Masia
pada diri Leo Messi-Andres Iniesta-Xavi membawa Barca begitu menakutkan
hingga pernah membantai Real Madrid 5-0 pada 2010 lalu. Prestasi:
Liga Champions 2009, 2011; Liga Spanyol 2009, 2010, 2011; Piala Spanyol
2009 Pelatih: Pep Guardiola Best XI (4-3-3): Valdes; Dani Alves,
Abidal, Pique, Puyol; Busquets, Xavi, Iniesta; Pedro, Messi, Eto’o
3. Liverpool 1975 – 84 Poin: 1.300 Bila Bill Shankly menjadi
orang pertama yang membuat Liverpool sebagai juara secara rutin, maka
Bob Paisley merupakan sosok yang mengantar The Reds juara tanpa ampun.
Prestasi: Piala Champions 1977, 1978, 1981, 1984; Liga Inggris 1976,
1977, 1979, 1980, 1982, 1983, 1984; Piala Liga1981, 1982, 1983, 1984;
Uefa Cup 1976 Pelatih: Bob Paisley, Joe Fagan Best XI (4-4-2):
Clemence; Neal, A Kennedy, Hansen, Hughes; R Kennedy, Souness,
McDermott, Heighway; Keegan, Dalglish
2. Real Madrid 1953 – 60
Poin: 1.470 Lima juara Piala Champions dengan kemenangan 7-3 atas
Eintracht Frankfurt yang jadi kulminasinya. Alfredo Di Stefano, Ferenc
Puskas, Gento, dan Raymond Kopa membawa Real Madrid menjadi jawara yang
tak tertandingi di masanya. Prestasi: Piala Champions 1956, 1957,
1958, 1959, 1960; Liga Spanyol 1954, 1955, 1957, 1958 Pelatih:
Enrique Fernandez, Jose Villalonga, Luis Carniglia, Miguel Munoz
Best XI (3-2-5): Dominguez, Marquitos, Santamaria, Pachin, Munoz;
Zarraga, Kopa, Rial, Di Stefano, Puskas, Gento
1. Ajax 1965 -
73 Poin: 1.575 Dengan total football yang begitu spektakuler,
Ajax seolah memenangi setiap laga, setiap trofi, selama delapan tahun di
akhir 60-an dan awal 70-an. Bukan hanya gelar, tapi performa Johan
Cruyff dkk. yang begitu eksepsional hingga layak ditahbiskan sebagai
klub terhebat sepanjang masa. Prestasi: Piala Champions 1971, 1972,
1973; Liga Belanda 1966, 1967, 1968, 1970, 1972, 1973; Piala Belanda
1967, 1970, 1971, 1972; Runners-up Piala Champions 1969 Pelatih:
Rinus Michels, Stefan Kovacs Best XI (4-3-3): Stuy; Suurbier,
Hulshoff, Vasovic, Krol; Neeskens, Haan, Muhren; Rep, Cruyff, Keizer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar